TUGAS
AUDITING II
RESUME
HASIL DISKUSI KELOMPOK 8
PEMERIKSAAN
TERHADAP AKTIVA TETAP

Oleh
:
IDA
CAHYA DINIARTI
(A1C113040)
JURUSAN
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2015
UNIVERSITAS MATARAM
2015
Ø Definisi Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna
ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna
menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk
dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Masa manfaat adalah
periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi
atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non
depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup
tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber alam.
Ø Kelompok Aktiva Tetap
Fixed
assets atau aktiva tetap bisa dibedakan menjadi:
1
Fixed
tangible assets (aktiva tetap yang
mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa diraba).
Tanah (Land)
yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah. Tanah ini biasanya
tidak dususutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak).
Tanah bisa dimiliki dalan bentuk hak milik, hak
guna bangunan (biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai
jangka waktu 20-30 tahun.
b.
Gedung (Building)
termasuk pagar, lapangan parker, taman, mesin-mesin (Mechiney),
Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi).
c.
Natural
Resources (Sumber Alam), seperti
pertambangan minyak, batu bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan
(HPH). Natural Resources ini harus dideplasi, bukan disusutkan, pada saat
sumber alam tersebut mulai menghasilkan.
2
Fixed intangibleassets (aktiva tetap yang
tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
Hak
paten, hak cipta (copy right), franchise, goodwill, preoperating expenses
(biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial,
termasuk biaya pendirian).
Contoh dari franchise adalah Kentucky fried
chicken, hamburger, McDonald. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual
makanan/minuman tersebut harus menandatangani kontrak dengan pemilik franchise,
agar bisa menjual makanan/menuman dengan rasa, bentuk, gaya, dekorasi yang
khusus untuk jenis makanan tersebut, tentu saja dengan membayar royalty.
Ø
Metode Perhitungan Penyusutan
Menurut Suandy (2008) penyusutan adalah : “Alokasi sistematis suatu nilai
asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi.” Metode
manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaanya adalah perlu, tanpa
memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar
dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke
periode. Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1.
Metode aktivitas (Activity Method)
Metode
aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable,
mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas
bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:
Beban
penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini
Total estimasi jam
2.
Metode Garis Lurus (Straight Line
Method)
Metode
garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi
dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya
karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga
merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah:
Beban
penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa
Estimasi umur pelayanan
3.
Metode Beban Menurun (Decreasing
Charge Method)
Metode
beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode
penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun
tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu
dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau
metode saldo menurun.
a.
Metode Saldo Menurun
Metode
beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method),
yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis
lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut:
Beban
penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun
Ø Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Secara
Kredit Bank
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang
artinya percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis
pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati”.
Jenis Kredit Bank Berdasarkan Jangka
Waktu
Menurut
Home (1992), ada dua pembedaan jangka waktu kredit, yaitu:
1.
Kredit
jangka pendek merupakan kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun.
2.
Kredit
jangka panjang merupakan kredit yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.
Keuntungan utama dari pinjaman jangka panjang adalah fleksibilitasnya. Debitur
berurusan langsung dengan yang meminjamkan, dan pinjaman dapat disesuaikan
terhadap kebutuhan peminjam melalui negosiasi langsung
Ø
Transaksi
Pembiayaan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha (leasing)
Definisi sewa guna usaha (leasing), menurut The International
Accounting Standart (IAS 17) Triandaru, Sigit 2006 : “Suatu perjanjian dimana
pemilik asset atau perusahaan sewa guna usaha (lessor) menyediakan
barang atau asset dengan hak penggunaan kepada penyewa guna usaha (lessee)
dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu.”
Jenis Sewa Guna Usaha (leasing)
Menurut
Suandy (2008), sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu:
- Sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi (finance lease/capital lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) berdasarkan nilai sisa yang disepakati
- Sewa guna usaha (leasing) tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) tersebut.
Ø Penghentian
Pemakaian Aktiva Tetap
Efraim (2012:234), mengatakan
ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:
a.
Penjualan Aset Tetap
Jika
penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan
dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan
transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang
tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil
dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya
jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang
diterima, timbul kerugian.
b.
Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap.
Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun
yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini,
saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus
diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.
c.
Pertukaran Dengan Aset Lain. Harga
pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga
diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut
dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga
pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang
bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap
tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).
Ø Audit Objective (Tujuan
Pemeriksaan) Aktiva Tetap
Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap
mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :
- Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
- Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
- Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
- Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
- Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
- Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
- untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
- untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai (imperment).
- untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
TENTANG AUDIT AKTIVA TETAP
- Pertanyaan Dari Baiq Raras Komalasari
Berdasarkan kasus yang disajikan, bagaimana tindakan auditor jika banyak pihak-pihak yang terlibat ?
Jawaban :
Seharusnya dalam pertukaran asset tersebut
harus ada otorisasi pada setiap perusahaan, bukan hanya ke 2 belah pihak yang menyetujui pertukaran asset tersebut melainkan harus
ada pihak lain yang dijadikan saksi. Sebelum melakukan pertukaran asset tetap
tersebut perusahaan dapat mendatangkan Jasa Appraisal untuk mengetahui nilai
asset agar tidak terjadi selisih nilai asset yang tinggi terhadap asset tetap
yang dipertukarkan. Meskipun ada selisih nilai asset tetap yang dipertukarkan
tapi dalam konteks wajar bukan dengan nilai yang material. Karena internal
control perusahaan yang kurang baik ,maka auditor dapat mengkomunikasikan saran
dan kelemahan-kelemahan pengendalian internal perusahaan dengan menggunakan
Management Letter seperti harus ada kejelasan prosedur, syarat-syarat tukar
guling asset tetap, melibatkan beberapa
pejabat sebagai pengendali dan control yang baik.
Untuk kasus ini
auditor dapat memberikan pendapat tidak wajar.
- Pertanyaan Dari Baiq Mirsani Rosyada
Bagaimana cara
mengaudit aset tetap goodwill ?
Jawaban :
Karena pembahasan
kelompok 8 pada saat diskusi tentang Aktiva Tetap Berwujud, untuk goodwill
termasuk dalam Aktiva Tetap Tidak Berwujud dan goodwill ada bab nya sendiri
yang akan dibahas pada minggu depan pada bab
selanjutya.
- Pertanyaan Dari Effie Athpiyani Intansari
Bagaimana pemeriksaan ICQ & verifikasi saldo aktiva tetap ?
Jawaban :
Pemeriksaan ICQ
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan auditor untuk perusahaan yang
diaudit. Untuk mengaudit saldo Aktiva Tetap, auditor dapat mengaudit Akumulasi
Penyusutan Aset tetap yang akan mengurangi saldo Aset Tetap tersebut. Nilai
dari Akumulasi Penyusutan auditor dapat melihat metode penyusutan yang
digunakan oleh perusahaan tersebut. Metode penyusutan aktiva tetap pada
perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jikaperusahaan
ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus
meningkatkan arus kas pada perusahaan.

- Pertanyaan Dari Ida Cahya Diniarti
Apakah sama prosedur audit terhadap asset tetap milik perusahaan itu sendiri dengan asset tetap yang di
leasing ?
Jawaban
:
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut
ini berlaku repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan
pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa)
Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1.
Pelajari
dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.dengan ICQ, melihat
flowchart dan narrative.jika internal control perusahaan baik, kemungkinan
lingkup pemeriksaan dapat dipersempit dan sebaliknya.
2.
Minta
kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan :
Saldo awal,penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik
untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya. Perusahaan harus melihat
harga perolehan awal asset tetap serta metode penyusutan apa yang digunakan
perusahaan untuk menilai buku asset per tanggal neraca.
3.
Periksa footing
dan crossfootingnya
dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo
awal dengan working paper tahun lalu. Footing itu perhitungan vertical terkait
dengan harga perolehan asset dan penyusutan asset tetap pada kertas kerja
sedangkan untuk crossfootingnyalebih kepada perhitungan horizontal asset
tetap.
4.
Vounch penambahan serta
pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya
dan kelengkapan supporting documentnya. Penambahan harus lihat dokumen
pembelian dan bukti hak milik atas asset tersebut,pengurangan asset segala
rekening yang berkaitan dengan asset tetap harus dihapuskan jika ada penjualan
asset tetap sepertti akumulasi penyusutan aktiva tetap,dll selisih harga jual
dengan nilai buku asset harus diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan
asset tetap.
5.
Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan
periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed Assets.Pada saat pemeriksaan ini ada nomer kode asset tetap yang dcatat oleh
perusahaan berdasarkan faktur pembeliannya. Dan memeriksa keberadaan asset
tetap yang merupakan milik perusahaan
Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
Untuk tanah, gedung, periksa
sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin
Penempatan Bangunan).
Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
8.
Pelajari
dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy
yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.. Metode penyusutan aktiva tetap pada
perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jika perusahaan
ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus
meningkatkan arus kas pada perusahaan.
8.
Buat
analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita
dapat mengetahui apakah adapengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital
Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.Perusahaan
harus mencadangkan biaya terkait dengan perbaikan dan pemerliharaan asset
tetap.
9.
Periksa
apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak. Jika terjadi kejadian luar biasa maka resiko
kerugian yang diderita perusahaan dapat diminimalisir karena aset tersebut
sudah diasuransikan.
10.
Test
perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.Misalkan, Peralatan dan gedung ada umur ekonomis yang berbeda dimana
gedung lebih lama dibandingkan dengan peralatan.
11.
Periksa
notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa
apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Jika Asset tetap
dijadikan jaminan, maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut
karena masih dalam jaminan Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
12.
Periksa
apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual
Fixed Assets. Jika perusahaan sudah berniat untuk menjual asset pada periode
tersebut, maka rekening yang berkaitan dengan asset tetap tersebut harus
dihapuskan.
13.
Untuk
construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets. Metode
penyusutan aktiva tetap terkait dengan jam kerja asset, jika aset tersebut
digunakan konsruksi dalam penyelesaian maka harus ada pembebanan.
14.
Jika ada
aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa
apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan
menggunkan Operational Lease maka perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi
penyusutan aktiva tersebut jika perusahan melakuka pencatatan maka harus di
koreksi karena tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease perusahaan harus mencatat
depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir masa sewa terjadi
perpindahan kepemilikan asset tetap.
15.
Periksa
atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.Jika
Asset tetap dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tidak boleh menjual asset
tetap tersebut karena masih dalam agunan kredit Bank kecuali dengan
sepengetahuan pihak Bank
16.
periksa
penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).
Jika ada
aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement (terkait jenis leasing, umur ekonomis, masa sewa, baiay
sewa,dll) dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan
standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh
perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan
tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan
melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease
perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir
masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.
- Pertanyaan Dari Anggia Septian Jauhari
Diasumsikan terjadi pertukaran asset dengan asset impor antara
perusahaan, dimana terjadi nilai kurs dinaikan sehingga mengakibatkan nilai
asset tetap tersebut meningkat. Bagaimana tindakan auditor terkait dengan
kecurangan peningkatan nilai kurs tersebut ?
Jawaban :
Pada saat terjadi pertukaran asset tetap
antara perusahaan, setiap perusahaan memiliki kwitansi/dokumen. Berdasarkan
dokumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui berapa besar nilai setiap asset
yang dipertukarkan. Karena asset tersebut merupakan asset import maka
perusahaan harus mengkonverikan rupiah pada dollar sesuai dengan kurs tengah
BI. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset dialokasikan kedalam
harga perolehan asset tersebut. Jika terjadi kelebihan dalam pengakuan kurs
tengah BI maka perusahaan terkait dapat melihat faktur pembelian pada tanggal
berapa dan sesuaikan dengan kurs pada saat perolehan. Jika kelebihan pengakuan
kurs BI bersifat material maka harus dikoreksi, agar Laporan Keuangan yang
disajikan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di
Indonesia. Jika perusahaan tidak mau melakukan koreksi, maka auditor berhak
menilai penyajian asset tetap tersebut tidak wajar. Dalam pemeriksaannya
auditor dapat melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan dalam
pertukara asset tersebut, auditor dapat memberikan konfirmasi berupa surat,
email, fax, ataupun via telpon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar