Selasa, 17 November 2015

RESUME TENTANG PEMERIKSAAN TERHADAP AKTIVA TETAP



TUGAS AUDITING II
RESUME HASIL DISKUSI KELOMPOK 8
PEMERIKSAAN TERHADAP AKTIVA TETAP











Oleh :
IDA CAHYA DINIARTI   
(A1C113040)






JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2015




Ø  Definisi Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable) mencakup tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya, ataupun sumber-sumber alam.

Ø  Kelompok Aktiva Tetap
Fixed assets atau aktiva tetap bisa dibedakan menjadi:
1        Fixed tangible assets (aktiva tetap yang mempunyai wujud/bentuk, bisa dilihat, bisa diraba).

a.              Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah. Tanah ini biasanya tidak dususutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak).
Tanah bisa dimiliki dalan bentuk hak milik, hak guna bangunan (biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai jangka waktu 20-30 tahun.

b.             Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parker, taman, mesin-mesin (Mechiney), Peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi).
c.              Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu bara, emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural Resources ini harus dideplasi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai menghasilkan.

2         Fixed intangibleassets (aktiva tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk, sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
    Hak paten, hak cipta (copy right), franchise, goodwill, preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).
Contoh dari franchise adalah Kentucky fried chicken, hamburger, McDonald. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual makanan/minuman tersebut harus menandatangani kontrak dengan pemilik franchise, agar bisa menjual makanan/menuman dengan rasa, bentuk, gaya, dekorasi yang khusus untuk jenis makanan tersebut, tentu saja dengan membayar royalty.

Ø  Metode Perhitungan Penyusutan

Menurut Suandy (2008) penyusutan  adalah : “Alokasi sistematis suatu nilai asset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang dapat diestimasi.” Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaanya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan sebagai berikut:
1.        Metode aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method ), juga disebut pendekatan beban variable, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas bukan dari berlalunya waktu. Rumus metode aktivitas adalah:
Beban penyusutan = ( biaya - nilai sisa) x jam tahun ini
Total estimasi jam
2.        Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah diguanakan secara luas dalam prakteknya karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan prosedur yang paling sesuai. rumus metode garis lurus adalah:
Beban penyusutan = biaya dikurangi nilai sisa
                  Estimasi umur pelayanan

3.        Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (Decreasing Charge Method), yang seringkali disebut metode penyusutan dipercepat menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum satu dari dua metode beban menurun digunakan yaitu: metode jumlah angka tahun atau metode saldo menurun.
a.       Metode Saldo Menurun
Metode beban menurun lainnya adalah metode saldo menurun (declining balance method), yang menggunakan tarif penyusutan berupa beberapa kelipatan dari metode garis lurus. Rumus metode saldo menurun adalah sebagai berikut:
Beban penyusutan = 2 x tarif garis lurus x nilai buku awal tahun

Ø  Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Secara Kredit Bank

Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.
Jenis Kredit Bank Berdasarkan Jangka Waktu
Menurut Home (1992), ada dua pembedaan jangka waktu kredit, yaitu:
1.      Kredit jangka pendek merupakan kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun.
2.      Kredit jangka panjang merupakan kredit yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. Keuntungan utama dari pinjaman jangka panjang adalah fleksibilitasnya. Debitur berurusan langsung dengan yang meminjamkan, dan pinjaman dapat disesuaikan terhadap kebutuhan peminjam melalui negosiasi langsung

Ø  Transaksi Pembiayaan Aktiva Tetap Melalui Sewa Guna Usaha (leasing)

Definisi sewa guna usaha (leasing), menurut The International Accounting Standart (IAS 17) Triandaru, Sigit 2006 : “Suatu perjanjian dimana pemilik asset atau perusahaan sewa guna usaha (lessor) menyediakan barang atau asset dengan hak penggunaan kepada penyewa guna usaha (lessee) dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu.”
Jenis Sewa Guna Usaha (leasing)
Menurut Suandy (2008), sewa guna usaha (leasing) dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
  1. Sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi (finance lease/capital lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) berdasarkan nilai sisa yang disepakati
  2. Sewa guna usaha (leasing) tanpa hak opsi (operating lease) adalah sewa guna usaha (leasing) di mana penyewa (lessee) pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha (leasing) tersebut.

Ø  Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap

Efraim (2012:234), mengatakan ada beberapa transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu:
a.       Penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan aset tetap tertentu dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.
b.      Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap. Apabila aset tetap dihentikan karena berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian aset tetap.
c.       Pertukaran Dengan Aset Lain. Harga pertukaran aset tetap yang didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).
 

Ø  Audit Objective (Tujuan Pemeriksaan) Aktiva Tetap
    
Dalam satu general audit (pemeriksa umum), pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

  1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
  2. Untuk memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di neraca betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
  1. Untuk memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan (periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
  1. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
  1. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode) yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
  1. Untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
  1. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang disewakan, jika ada apakah pendapatan sewa sudah diterima perusahaan.
  1. untuk memeriksa apakah ada aktiva tetap yang mengalami penurunan nilai (imperment).
  1. untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai  dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.


HASIL DISKUSI KELOMPOK 8
 TENTANG AUDIT AKTIVA TETAP

  1. Pertanyaan Dari Baiq Raras Komalasari
Berdasarkan kasus yang disajikan, bagaimana tindakan auditor jika banyak pihak-pihak yang terlibat ?

Jawaban :
Seharusnya dalam pertukaran asset tersebut harus ada otorisasi pada setiap perusahaan, bukan hanya ke 2 belah pihak yang menyetujui pertukaran asset tersebut melainkan harus ada pihak lain yang dijadikan saksi. Sebelum melakukan pertukaran asset tetap tersebut perusahaan dapat mendatangkan Jasa Appraisal untuk mengetahui nilai asset agar tidak terjadi selisih nilai asset yang tinggi terhadap asset tetap yang dipertukarkan. Meskipun ada selisih nilai asset tetap yang dipertukarkan tapi dalam konteks wajar bukan dengan nilai yang material. Karena internal control perusahaan yang kurang baik ,maka auditor dapat mengkomunikasikan saran dan kelemahan-kelemahan pengendalian internal perusahaan dengan menggunakan Management Letter seperti harus ada kejelasan prosedur, syarat-syarat tukar guling asset tetap, melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik.
Untuk kasus ini auditor dapat memberikan pendapat tidak wajar.

  1. Pertanyaan Dari Baiq Mirsani Rosyada
Bagaimana cara mengaudit aset tetap goodwill ?

Jawaban :
Karena pembahasan kelompok 8 pada saat diskusi tentang Aktiva Tetap Berwujud, untuk goodwill termasuk dalam Aktiva Tetap Tidak Berwujud dan goodwill ada bab nya sendiri yang akan dibahas pada minggu depan pada bab selanjutya.

  1. Pertanyaan Dari Effie Athpiyani Intansari
Bagaimana pemeriksaan ICQ & verifikasi saldo aktiva tetap ?
Jawaban :
Pemeriksaan ICQ terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan auditor untuk perusahaan yang diaudit. Untuk mengaudit saldo Aktiva Tetap, auditor dapat mengaudit Akumulasi Penyusutan Aset tetap yang akan mengurangi saldo Aset Tetap tersebut. Nilai dari Akumulasi Penyusutan auditor dapat melihat metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jikaperusahaan ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada perusahaan.
1442461230039.jpgBerikut ICQ untuk asset tetap:

 































  1. Pertanyaan Dari Ida Cahya Diniarti
Apakah sama prosedur audit terhadap asset tetap milik perusahaan itu sendiri dengan asset tetap yang di leasing ?

Jawaban :
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa)
Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1.        Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.dengan ICQ, melihat flowchart dan narrative.jika internal control perusahaan baik, kemungkinan lingkup pemeriksaan dapat dipersempit dan sebaliknya.
2.    Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal,penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya. Perusahaan harus melihat harga perolehan awal asset tetap serta metode penyusutan apa yang digunakan perusahaan untuk menilai buku asset per tanggal neraca.
3.    Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu. Footing itu perhitungan vertical terkait dengan harga perolehan asset dan penyusutan asset tetap pada kertas kerja sedangkan untuk crossfootingnyalebih kepada perhitungan horizontal asset tetap.
4.    Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Penambahan harus lihat dokumen pembelian dan bukti hak milik atas asset tersebut,pengurangan asset segala rekening yang berkaitan dengan asset tetap harus dihapuskan jika ada penjualan asset tetap sepertti akumulasi penyusutan aktiva tetap,dll selisih harga jual dengan nilai buku asset harus diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan asset tetap.
5.    Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed Assets.Pada saat pemeriksaan ini ada nomer kode asset tetap yang dcatat oleh perusahaan berdasarkan faktur pembeliannya. Dan memeriksa keberadaan asset tetap yang merupakan milik perusahaan
6.                Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
 Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
8.        Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.. Metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jika perusahaan ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada perusahaan.
8.    Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui apakah adapengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.Perusahaan harus mencadangkan biaya terkait dengan perbaikan dan pemerliharaan asset tetap.
9.    Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak. Jika terjadi kejadian luar biasa maka resiko kerugian yang diderita perusahaan dapat diminimalisir karena aset tersebut sudah diasuransikan.
10.                        Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.Misalkan, Peralatan dan gedung ada umur ekonomis yang berbeda dimana gedung lebih lama dibandingkan dengan peralatan.
11.  Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Jika Asset tetap dijadikan jaminan, maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam jaminan Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
12.  Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual Fixed Assets. Jika perusahaan sudah berniat untuk menjual asset pada periode tersebut, maka rekening yang berkaitan dengan asset tetap tersebut harus dihapuskan.
13.  Untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets. Metode penyusutan aktiva tetap terkait dengan jam kerja asset, jika aset tersebut digunakan konsruksi dalam penyelesaian maka harus ada pembebanan.
14.  Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.
15.  Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.Jika Asset tetap dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam agunan kredit Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
16.  periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).

Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement (terkait jenis leasing, umur ekonomis, masa sewa, baiay sewa,dll) dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.

  1. Pertanyaan Dari Anggia Septian Jauhari
Diasumsikan terjadi pertukaran asset dengan asset impor antara perusahaan, dimana terjadi nilai kurs dinaikan sehingga mengakibatkan nilai asset tetap tersebut meningkat. Bagaimana tindakan auditor terkait dengan kecurangan peningkatan nilai kurs tersebut ?



Jawaban :
Pada saat terjadi pertukaran asset tetap antara perusahaan, setiap perusahaan memiliki kwitansi/dokumen. Berdasarkan dokumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui berapa besar nilai setiap asset yang dipertukarkan. Karena asset tersebut merupakan asset import maka perusahaan harus mengkonverikan rupiah pada dollar sesuai dengan kurs tengah BI. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset dialokasikan kedalam harga perolehan asset tersebut. Jika terjadi kelebihan dalam pengakuan kurs tengah BI maka perusahaan terkait dapat melihat faktur pembelian pada tanggal berapa dan sesuaikan dengan kurs pada saat perolehan. Jika kelebihan pengakuan kurs BI bersifat material maka harus dikoreksi, agar Laporan Keuangan yang disajikan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia. Jika perusahaan tidak mau melakukan koreksi, maka auditor berhak menilai penyajian asset tetap tersebut tidak wajar. Dalam pemeriksaannya auditor dapat melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan dalam pertukara asset tersebut, auditor dapat memberikan konfirmasi berupa surat, email, fax, ataupun via telpon.